

Ende, 18 April 2025 – Umat Katolik di Kuasi Pemo, Paroki St. Yohanes Maria Vianney, melaksanakan Ibadat Jumat Agung untuk mengenang sengsara dan wafat Yesus Kristus di kayu salib. Perayaan yang digelar pada Jumat sore ini berlangsung khidmat dan penuh refleksi iman, sejalan dengan umat Katolik di seluruh keuskupan dan dunia.
Ibadat Jumat Agung merupakan bagian dari Tri Hari Suci Paskah, yang menjadi puncak perayaan iman Katolik. Tahun ini, umat merenungkan tema: “Oleh bilur-bilur-Nya, kita menjadi sembuh” (Yesaya 53:5). Tema ini mengajak umat untuk menyadari kasih Allah yang besar, yang dinyatakan melalui penderitaan dan kematian Yesus di salib, demi penebusan dan penyembuhan umat manusia.
Dalam kotbah RD. Emanuel Natali, pada jumat agung ada tiga poin utama diangkat sebagai bahan refleksi:
- “Inilah anakmu, inilah Ibumu” – ajakan untuk menempatkan Bunda Maria dalam hidup sehari-hari.
- “Aku haus” – Yesus haus akan pertobatan umat-Nya; pertobatan menjadi cara untuk menghapus dahaga Tuhan.
- “Sudah selesai” – Yesus menyampaikan bahwa tidak ada dosa yang tak terampuni, karena Ia rela wafat agar umat manusia tidak binasa.
Selain perayaan Jumat Agung di Gereja Kuasi Pemo, perayaan Jumat Agung juga berlangsung di beberapa stasi, dengan pesan iman yang khas.
Di Stasi Boafeo, RD. Robertus Gaga Nae menekankan bahwa Yesus adalah hamba yang taat. Umat diajak untuk menjadi pengikut Kristus yang setia pada kebenaran, dengan lima sikap utama: memperjuangkan, mempertahankan, merawat, menjaga, dan setia pada kebenaran.
Sementara itu, di Stasi Wologai, yang merupakan gabungan dari dua stasi, RD. Ferdinandus Nay Ngebu menyampaikan pentingnya merefleksikan kisah sengsara Yesus sebagai bentuk panggilan untuk:
Pertama,Mensyukuri cinta Yesus kepada manusia,
Kedua. Meyakini setiap peristiwa dalam pengorbanan-Nya,
Ketiga, Bersedia berkorban bagi Yesus,
Ke empat, Dan berani melayani sesama, dimulai dari hal-hal kecil.
Dalam semangat Tahun Yubileum ini, Bapak Uskup Agung juga menyerukan perhatian pada kehidupan perkawinan Kristiani. Melalui Surat Gembala Prapaskah 2025, beliau menyoroti masih banyak pasangan yang belum menerima Sakramen Perkawinan. Umat diajak untuk menjadi perpanjangan kasih Allah dalam membantu mereka menyelesaikan persoalan dan mendorong mereka menerima sakramen tersebut secara sah menurut hukum Gereja.
Perayaan Jumat Agung ini menjadi momentum rohani untuk memperdalam iman, merenungkan penderitaan Kristus, serta memperbarui komitmen hidup sebagai pengikut-Nya, dengan kasih, pertobatan, dan kesetiaan pada kebenaran.
Oleh: Tim Komsos Kuasi
