

Ende, 5 Juni 2025 — Ribuan umat Katolik dari Keuskupan Agung Ende menggelar aksi damai dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Rabu (5/6/2025). Aksi tersebut berlangsung di depan Kantor DPRD dan Kantor Bupati Ende, dengan mengusung berbagai tuntutan terkait perlindungan lingkungan hidup.
Massa aksi berasal dari 29 paroki dan 10 kuasi paroki di wilayah Keuskupan Agung Ende. Dalam aksi ini, mereka menyuarakan penolakan terhadap rencana pembangunan energi panas bumi (geotermal) di Pulau Flores.
Salah satu poin utama yang disampaikan adalah desakan kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk meninjau kembali Surat Keputusan Menteri yang menetapkan Flores sebagai Pulau Geotermal. Massa menilai keputusan itu tidak mempertimbangkan kondisi geografis Flores yang didominasi pegunungan dan memiliki keterbatasan lahan pertanian serta pemukiman.
“Topografi Flores yang bergunung-gunung menyisakan sedikit ruang untuk pertanian dan tempat tinggal. Pengeboran geotermal peregangan akan mengganggu stabilitas tanah dan berdampak pada kehidupan masyarakat,” ungkap RD Edi Dopo, Vikaris Episkopal (Vikep) Ende, Keuskupan Agung Ende, dalam orasinya.
RD Edi Dopo menegaskan, Gereja turut mengambil bagian dalam aksi ini sebagai bentuk kepedulian terhadap masa depan lingkungan hidup. Ia menyatakan bahwa peringatan Hari Lingkungan Hidup bukan hanya soal sampah, tetapi juga kerusakan ekologis yang disebabkan oleh ulah manusia.
“Kami ingin mengajak seluruh elemen masyarakat untuk merefleksikan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Ini bukan perjuangan satu kelompok, tetapi perjuangan bersama untuk kelangsungan hidup,” tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Pater Markus Tulu, SVD juga menyampaikan pernyataan tegas kepada para wakil rakyat. Ia meminta DPRD Ende agar tidak hanya menerima aspirasi masyarakat, tetapi juga berkomitmen secara konkrit.
“Anggota DPRD Ende setelah menerima tuntutan dan sikap penolakan dari masyarakat diharapkan segera mendengarkan. Jangan berhenti di sini saja. Kami ingin ada sikap dan langkah nyata dari DPRD Ende terkait pembangunan geotermal,” ujar Pater Markus.
Selain itu, massa aksi juga menekankan bahwa Pulau Flores sebaiknya tidak dijadikan prioritas untuk pengembangan energi panas bumi. Mereka menilai, energi alternatif terbarukan lebih cocok dikembangkan di Flores, mengingat sebagian besar penduduknya adalah petani yang sangat bergantung pada tanah dan sumber daya alam.
Isu lain yang diangkat dalam aksi ini meliputi masalah sampah plastik, aktivitas pertambangan, serta berbagai proyek pembangunan yang dinilai tidak ramah lingkungan. Massa mendesak pemerintah daerah dan wakil rakyat untuk lebih berpihak pada ekologi dan kehidupan masyarakat lokal.
Sebagai informasi, sekitar 80 persen penduduk di wilayah Keuskupan Agung Ende menggantungkan kehidupan pada sektor pertanian yang sangat bergantung pada kelestarian tanah, udara, dan hutan.***
Oleh : JFM
Editor : Jhuan Mari

