



Boafeo, 8 Juni 2025 – Suasana kegembiraan dan kekhidmatan menyatu dalam perayaan Pentakosta bersama umat se-Wilayah Kuasi Paroki St. Yohanes Maria Vianney Pemo yang dipusatkan di Stasi St. Fransiskus dari Asisi, Boafeo. Perayaan yang berlangsung pada Minggu pagi ini menjadi momentum iman yang tidak hanya memperingati turunnya Roh Kudus, tetapi juga mempererat tali persaudaraan lintas stasi.
Acara ini merupakan bagian dari putaran keempat rangkaian Perayaan Pentakosta bersama yang telah disepakati oleh seluruh stasi di wilayah Kuasi. Setelah sebelumnya diadakan di Stasi Wologai pada putaran pertama, kali ini giliran Boafeo menjadi tuan rumah. Dalam semangat bergilir ini, setiap stasi diberi kesempatan untuk menjadi pusat perayaan, sebagai wujud kebersamaan dan solidaritas umat menuju Paroki yang mandiri.
“Ketika umat sudah saling mengenal dan akrab, kita akan lebih mudah memahami kondisi sosial masing-masing stasi. Dari situ, kita dapat melangkah bersama dalam iman Katolik menuju paroki yang mandiri,” ungkap Ketua Dewan Pastoral Paroki (DPP) Kuasi Pemo, Kornelis Wanda, dalam Berbagainya.
Penuh Warna dan Makna
Tak sekadar ibadah, perayaan ini diramaikan dengan beragam kegiatan yang menyatukan seluruh lapisan umat: pertandingan bola voli, sepak bola mini untuk anak-anak SD, kuis Kitab Suci, lomba mazmur, hingga tarian tradisional Gawi. Anak-anak, Orang Muda Katolik (OMK), dan kelompok kategori lainnya pun terlibat aktif dalam seluruh rangkaian kegiatan. Semangat partisipatif ini menunjukkan wajah Gereja yang hidup dan dinamis.
Puncak perayaan ditandai dengan Perayaan Ekaristi bersama yang dimulai pukul 09.30 WITA, dipimpin oleh Pastor Kuasi, RD. Ferdinandus Nay Ngebu, bersama Pastor Rekan, RD. Reinal, serta didampingi dua saudara yang ikut melayani. Misa ini juga disiarkan langsung melalui akun Facebook resmi Komsos Marvin Pemo, memungkinkan umat yang tak bisa hadir secara fisik tetap terhubung secara spiritual.
Roh Kudus yang Memersatukan
Dalam homilinya, RD. Reinal menegaskan makna mendalam dari peristiwa Pentakosta—turunnya Roh Kudus yang mempersatukan umat Allah dari berbagai bangsa dan bahasa menjadi satu tubuh, yaitu Gereja. Ia menekankan bahwa kehadiran Roh Kudus bukan hanya memperkaya pengalaman spiritual pribadi, tetapi juga menjadi daya yang menggerakkan umat untuk hidup dalam kasih, kerja sama, dan kesatuan.
“Maka, di tengah berbagai perbedaan latar belakang, kampung, atau suku, kita tetap satu karena Roh yang sama tinggal di dalam kita,” ujarnya penuh semangat.
Sementara itu, RD. Lukas Bernadus Ebu Dhae yang turut mengambil bagian dalam pelayanan, tekanan dalam homilinya bahwa Pentakosta adalah momen kelahiran Gereja Katolik. Ia mengajak umat untuk terus hidup dalam semangat pewartaan, persaudaraan, dan pelayanan dalam terang Roh Kudus.
Mewujudkan Harapan Bersama
RD. Ferdinandus menambahkan bahwa perayaan bersama ini menjadi bukti semangat umat dalam memperjuangkan peningkatan status Kuasi menjadi Paroki. “Syukur-syukur ke depan bukan lagi Pastor kuasi, tapi Pastor paroki,” disambut tawa dan tepuk tangan umat.
Ia juga mengingatkan pentingnya membangun solidaritas antarstasi dan menjaga kelestarian alam sebagai bagian dari tanggung jawab iman dan misi Gereja di tengah dunia.
Semangat Sinodalitas yang Hidup
Perayaan Pentakosta bersama ini bukan sekadar seremoni tahunan, tetapi terjadi nyata dari semangat sinodalitas: berjalan bersama dalam iman, harapan, dan kasih. Dari anak-anak hingga orang tua, dari para pelayan liturgi hingga warga biasa, semua mengambil bagian dalam kebahagiaan iman ini.
Di Boafeo, Roh Kudus bukan hanya dikenang dalam liturgi, namun dirasakan hadir dalam setiap tawa, lagu pujian, langkah menari Gawi, dan tangan yang saling berjabat. Inilah wajah Gereja yang dibangun atas persaudaraan, diperkuat dalam pelayanan, dan diarahkan menuju misi bersama: menjadi Gereja yang hidup, mandiri, dan relevan bagi zaman ini.



Oleh : Ketua KOMSOS Marvin