

Ende,Pemo – Masa Prapaskah selalu menjadi momen istimewa bagi umat Katolik untuk memperbarui diri dalam iman, kasih, dan pengharapan. Perayaan Rabu Abu di Kuasi Paroki St. Yohanes Maria Vianney Pemo di Ende pada 5 Maret 2025, menandai awal perjalanan rohani menuju Paskah, yang disambut umat dengan penuh sukacita. Tradisi penerimaan abu di dahi bukan semata seremoni liturgis, melainkan simbol mendalam akan kerendahan hati dan kesediaan untuk bertobat.
Dalam homilinya, Pastor Kuasi Paroki, RD. Ferdinandu Nay Ngebu, menekankan bahwa makna puasa dan pantang bukan hanya sekedar menahan lapar, tetapi lebih dari itu — sebuah upaya pengendalian diri dari berbagai keinginan berlebih yang berpotensi menjerumuskan pada dosa. Pesan ini mengingatkan kita bahwa pertobatan sejati berakar dari hati yang tulus, bukan sekadar ritual tanpa makna.
Masa Prapaskah adalah saat di mana setiap umat diajak untuk merefleksikan kembali relasi dengan Tuhan dan sesama. Doa, puasa, dan perbuatan kasih menjadi pilar utama dalam perjalanan ini. Dalam hiruk-pikuk dunia yang semakin materialistis, ajakan untuk menanggalkan rasa iri, dendam, dan sikap egois menjadi tantangan yang perlu dihadapi dengan rendah hati.
Ibadat Jalan Salib yang akan rutin dilaksanakan setiap hari Jumat bukan hanya serangkaian doa, tetapi sebuah undangan untuk merenungkan pengorbanan Yesus Kristus. Melalui refleksi ini, umat diingatkan bahwa kasih yang besar lahir dari kesediaan untuk berkorban dan melayani sesama.
Momentum Prapaskah hendaknya menjadi panggilan bagi seluruh umat untuk memperkuat relasi dengan Tuhan, memperbanyak perbuatan kasih, dan membangun harmoni dalam kehidupan sosial. Pertobatan sejati tidak hanya tercermin dalam laku doa dan pantang, tetapi juga dalam sikap tulus untuk mengampuni, berbagi, dan peduli terhadap mereka yang membutuhkan.
Semoga semangat Prapaskah ini menjadi pijakan bagi umat Kuasi Paroki St. Yohanes Maria Vianney untuk menata hidup yang lebih baik, menumbuhkan cinta kasih, dan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Mari menjadikan masa Prapaskah ini bukan sekadar rutinitas, tetapi sebuah perjalanan spiritual yang membuahkan perubahan hati yang sejati.***Tim komsos Kuasi

