

Refleksi Jumat Agung 2025: Kasih, Kesetiaan, dan Pengorbanan Kristus sebagai Jalan Penyembuhan
Ende,Pemo- Warta Gereja, Pada 18 April 2025, umat Katolik di seluruh Keuskupan Ende, termasuk di Kuasi Pemo St. Yohanes Maria Vianney, Stasi Boafeo, dan Stasi Wologai, berkumpul dalam keheningan dan kesakralan untuk memperingati sengsara dan wafat Tuhan kita Yesus Kristus dalam perayaan Jumat Agung. Di tengah liturgi yang hening namun penuh makna, tema “Oleh bilur-bilurnya, kita menjadi sembuh” (Yes. 53:5) menjadi dasar renungan seluruh umat.
Ibadat Jumat Agung bukan sekadar mengenang peristiwa kelam di Kalvari, tetapi menghadirkan kembali misteri kasih Allah yang paling dalam. Sebuah kasih yang menyembuhkan luka terdalam manusia, membebaskan dari dosa, dan memberikan harapan di tengah dunia yang penuh pergulatan.
Dalam homili di Kuasi Pemo, umat diajak merenungi tiga pesan penting dari kisah sengsara:
- “Inilah anakmu, inilah ibumu” – Sebuah panggilan untuk menjadikan Bunda Maria bagian dari hidup keseharian kita, sebagai penolong dan ibu iman.
- “Aku haus” – Yesus yang haus bukan akan air, tetapi akan pertobatan umat manusia. Ia menanti hati yang kembali kepada-Nya.
- “Sudah selesai” – Sebuah deklarasi kemenangan. Tidak ada dosa yang tak terampuni; salib adalah wujud kasih yang menebus dan membebaskan.
Sejalan dengan semangat Tahun Yubileum, Bapak Uskup Agung dalam Surat Gembala Prapaskah 2025 menyoroti pentingnya kehidupan perkawinan Kristiani yang sah. Beliau menyerukan solidaritas dan kepedulian pastoral bagi pasangan yang hidup bersama namun belum menerima Sakramen Perkawinan. Perayaan Jumat Agung ini juga menjadi momen untuk merefleksikan kasih sebagai dasar komitmen dan pengorbanan sejati dalam hidup berkeluarga.

Sementara itu, di Stasi Boafeo, RD. Robertus Gaga Nae menegaskan bahwa Yesus adalah Hamba yang taat. Mengikuti Yesus berarti memperjuangkan, mempertahankan, dan merawat kebenaran. Ketika kebenaran menjadi barang langka di tengah dunia yang penuh kompromi, umat Kristiani dipanggil untuk setia seperti Yesus – menjadi saksi integritas dalam tindakan sehari-hari.
Di Stasi Wologai, RD. Ferdinandus Nay Ngebu menggarisbawahi pentingnya pengorbanan sebagai respons atas cinta Kristus yang total. Dalam refleksinya, umat diajak untuk bertanya: Sudahkah kita berkorban bagi sesama? Sudahkah kita melayani, bahkan dalam hal terkecil sekalipun? Sebuah ajakan untuk menghidupi iman secara konkret – dalam tindakan nyata dan pelayanan tulus.
Tulisan ini mengajak kita semua untuk tidak berhenti pada permenungan, tetapi melangkah lebih jauh: menjadi penyembuh, pembela kebenaran, dan saksi kasih di tengah dunia yang haus akan kehadiran Kristus. Melalui bilur-bilur-Nya, kita disembuhkan; melalui pengorbanan-Nya, kita dituntun untuk menjadi berkat bagi sesama.*** Tim Komsos
Catatan Redaksi dalam refleksi Jumat Agung
